Saturday, September 29, 2012

Pacar - Suami


Pacar Nggak Harus Punya, tapi Suami Harus Ada

Gara-gara ngomong “Pacar kan nggak harus, yang harus itu suami,” kemarin-kemarin (udah lama banget) ke teman kos, aku jadi ingin ngobrol tentang itu lebih jauh :D
Aku yakin pasti tetep ada yang kurang setuju dengan kalimat itu. Tapi siapa peduli? Tulisan ini sendiri cuma buat mengutarakan opiniku aja. Nggak boleh protes hlo :P
Well, meskipun aku sambil bercanda membalas kalimat teman “Harus punya, Mba,” waktu itu, tapi aku memang memegang kata-kataku sendiri. Sekarang aku memilih nggak pacaran daripada cuma buat main-main, nggak ada pemikiran untuk masa depan. Yang ada malah nambah dosa dan buang-buang waktu (-_-).
Okelah kalau untuk tempat sharing, curhat, berbagi cerita suka-duka, nggak apa punya pacar atau pacaran (meskipun sebenarnya bisa juga kita lakukan hal yang sama ke sahabat atau keluarga). Tapi biasanya kalau sudah pakai status ‘pacar’ bawaannya harus bareng terus, sms-an terus, atau telepon terus. Helloooo, orang tua gue juga nggak segitunya kallleee. Mungkin ada juga yang nggak terus-terusan, tapi tetep aja tiga perempat dari keseharian atau kesibukan pasti tersita sama si pacar. Dan aku sekarang nggak bisa stay kalau kayak gitu. Aku lagi seneng-senengnya dengan kesibukanku sendiri. Entah di organisasi, di kuliah, ataupun di kos.
Eits, bukan berarti aku nggak pernah pacaran lho ya. Aku juga pernah pacaran dulu waktu masih labil, waktu masih umur di mana nggak sebaiknya pacaran (SMP dan SMA). Dan terakhir aku pacaran itu adalah yang tersingkat yaitu cuma satu bulan. Terjadi ketika aku awal-awal masuk kuliah di Yogyakarta. Mantanku ini teman masa kecilku. Entah karena aku masih terbawa labilnya masa-masa SMA atau bagaimana, kita putus bisa dibilang karena aku terlalu sibuk di Yoyakarta dan kurang perhatian sama si dia yang di Purwokerto. Ada faktor lain juga sih, tapi bukan di sini tempatnya, beda forum soalnya (bukan sesi curhat ini).
Masa-masa kuliah ini memang aku lebih sibuk ternyata daripada masa SMP atau SMA. Dan aku cukup menyenangi itu ternyata ketimbang pacaran. Well, aku pikir, aku mulai terbiasa tanpa adanya pacar. Iya sih terkadang merasa kesepian juga. Tapi aku ambil enaknya aja, ambil positifnya aja.
Pertama, aku nggak harus sms-an sama si dia tiap hari untuk kasih kabar dan kasih perhatian.
Kedua, aku nggak harus sering-sering diambekin dan minta maaf karena sering sibuk sendiri.
Ketiga, aku bebas mau ngapain aja sesuka aku (tapi ya tetep dalam konteks yang benar) dan nggak merasa terkekang
Keempat, nggak perlu pusing-pusing mikirin pacar. Lha mikirin masalah kuliah dan organisasi aja udah bikin pusing.
Kelima, bebas mau dekat sama siapa aja. Nggak perlu ada yang cemburu, dan menggunakan kecemburuannya itu untuk membatasi pertemananku.
Dan ketika aku memikirkan kelima hal tersebut, aku merasa yeah I’m fine without a boyfriend. But then, someone will ask me may be, “Terus gimana entar kalau kamu mau nikah?” Ya gampang. Allah kan udah nyediain seseorang buat jadi pasangan kita masing-masing. Dia (Allah) punya rencana indah sendiri kok dan aku cukup mempercayai kalau nanti pasti Allah akan mempertemukan aku dengan jodohku itu dengan jalan indah-Nya, entah dengan jalan pacaran atau nggak.
“Impossible ah, masa nggak pacaran dulu sih sebelum nikah? Nggak ngerti luar dalemnya si pasangan dong ntar?”
Mengerti karakter luar dan dalam itu kan nggak mesti pacaran dulu. Ada toh malah yang pacaran malah saling menutupi kepribadian masing-masing terus malah jadi nggak jadi nikah waktu ketahuan aslinya. Nahlo!
“Terus gimana kamu milih suaminya?”
Yang pasti nggak mungkin dia orang asing. At least dia itu udah jadi temanku. Sehingga mau disengaja atau pun nggak, pasti tahulah karakternya, meski nggak keseluruhan. DAN SEIMAN serta BERIMAN yang pasti. Kalau nggak kayak gitu, nggak mungkin aku akan yakin untuk millih orang itu jadi pasangan hidupku. Mau dibawa ke mana ntar kalau dia nggak beriman.
Nah tapi untuk beberapa kasus, mungkin ada seseorang yang udah saking cintanya sama seseorang (mungkin malah udah jadi pacar), tapi ternyata si doi kalau dilihat dari kacamata agama dia kurang beriman, ya cobalah gimana caranya merubah itu. Bukan berarti nggak bisa menerima apa adanya, tapi iman itu adalah yang terpenting. Seandainya dia nggak bisa berubah, udah tinggal aja lah. #ups, hehe..
Ya begitulah. Santai aja lah buat para jomblowan-jomblowati. Pacar itu bukan number one kok, yang penting nantinya kita punya suami, yang Insya Allah adalah yang terbaik untuk kita. Amiin J
Dan sekali lagi, ini cuma my opinion aja loh.

Tuesday, September 25, 2012

25 September 2012


Jurnal Harian
Selasa, 25 September 2012

Malam ini ada pengalaman baru untukku. Tapi sebelum itu, seperti biasa, aku akan cerita apa aja yang terjadi hari ini.
Secara keseluruhan hari ini oke. Writing I enjoy, Intro to Linguistic juga cuma tes tapi open book. Well, di Writing I tadi mempelajari tentang materi-materi dasar seperti penggunaan capital letters, gimana judul yang benar, gimana buat pertanyaan yang benar, preposition (in,on,at), dan punctuation(period, comas, exclamation). Sebenarnya punctuation juga nggak cuma tiga hal itu. Masih ada colons (:), semicolons (;), quotations mark (“…”), apostrophes (‘), dashes (), dan lain-lain, tapi belum dibahas. Mungkin pertemuan-pertemuan selanjutnya. Lagian aku juga tahu itu karena aku kan udah dapat materi itu waktu masih semester satu.
Selesai Writing I, aku baru deh pergi beli makan untuk sarapan. Kebiasaan sarapan itu menjelang siang atau siang sekalian. Kadang malah sarapan jam tengah 3 sore, ckck… Warung di gang tikus itu kebetulan lagi penuh, jadi aku bungkus deh dan makan di kos. Setelah makan, langsung deh aku ambil buku dengan cover merah yang berjudul Linguistics – Teach Yourself oleh Jean Aitchison. Wueeeh, bahasanya susah sekali dimengerti. Kebiasaan nih Papah kasih bukunya tingkat tinggi. -__-“ Tapi tak apalah, untuk latihan juga.
Satu chapter udah dibaca, tapi kok rasanya nggak mudeng apa-apa. Yaudah, aku lanjutin bacanya dulu deh. Tapi ternyata waktu menunjukkan pukul 10.25. Nggak jadi baca deh. Aku siap-siap mau berangkat. Sebenarnya udah tinggal berangkat sih, tapi nunggu balesan sms teman gara-gara aku lupa lupa ingat kuliah di ruang mana dan jam berapa. Setelah tahu pasti di mana dan jam berapa, aku pun cuuuuss ke kampus, tepatnya ke ruang 201 GK1 jam 11 kurang 15 menit.
Cukup menjadi kebiasaanku, kalau di Gedung Kuliah 1 itu pasti waktu masuk kelas, salam, taruh tas di kursi, terus jalan ke arah jendela kaca yang menghadap ke arah gedung C13. Damn! I saw him with a girl and I guessed she’s beautiful one. Actually I know her – wears veil, tall, white skin, smart, nice and beautiful. It’s not a big surprise if he doesn’t like me anymore and likes her. But I just guess it. I don’t know whether he likes her or not. I don’t know whether they have a relationship or not. I don’t care! Yeah, I want to do it, but I can’t. There was a sad feeling when I saw them from a distance.
Hey! It’s not because I love or like him. I just disappointed, why his feeling easy to change. Aku cuma iri kenapa aku nggak bisa seperti dia. Why I still keep ‘a feeling’ for my ex-boyfriend? Yet he doesn’t care about me anymore.
O.K. Stop talking about stuff like this! I don’t want to talk about love now!
Akhirnya jam 11 lebih 20 menit Papah datang membawa kertas soal. OMG, quiz katanya tapi open book, alhamdullilah. Dan karena dibilang Quiz, jadi aku pikir dikasih waktu paling beberapa menit, ternyata sampai jam setengah satu alias sampai jam kuliahnya selesai. Berarti tadi itu nggak sekedar quiz, tapi masuknya test tuh.
Selesai test, aku pergi ke Limuny. Niatnya mau download anime Sister Princess tapi yang suaranya versi English tanpa subtitle apa pun, jadi nonton sekalian melatih listening. Sayangnya, dari belokan jalan ke Limuny aja udah kelihatan parkirannya penuh banget. Hopeless deh bisa download animenya. Tapi udah terlanjur sampai, ya udah deh, mampir aja lah.
Memang niatnya cuma sebentar, cuma mampir, eh ternyata malah jadi beberapa jam di sana gara-gara ngunjungin pro dota shop (online shop gitu). Nyari-nyari kali aja ada barang baru. Dan ternyata ya ada dan aku pengiiinn banget. Banyak pula yang aku pengin. Masalahnya aku kanker, kantong kering. Jadi paling ya baru bisa beli salah satunya.
Tapi! (lagi) aku udah pesen jaket juga di grup L.A untuk angkatan 2011. Aaarrgh, galauuuuu. Aku takut barangnya keburu abiiss, huhu.. Aku pengin boneka choppernya, aku pengin boneka Lucy fairy tailnya, aku pengin keychainnya Lucy, aku pengin kalung fairy tailnya, aku pengin dompet Fairy Tail, aku pengin jaket natsunya, pengin sweater choppernya yang warna hitam, pengin jaket deathnote warna hitam putih, pengin gantungan thousand sunny, pengin kalung happy yang silver, pengin kaos Kuma,.. Akuuu pengin semuaaaa. Ckck.. Sayangnya aku cuma bisa beli salah satu atau salah dua untuk bulan ini. Berharap barangnya masih ada banyak stock.
Okeh, setelah lihat semua barang di website itu, waktunya pulaang. Niatnya mau beli makan, tapi belum pada buka di Taman Kuliner Karang Malang, jadinya aku pergi ke Kopma deh buat beli beberapa cemilan, energen, peniti kecil, tisu, satu pena, 2 bungkus mie goreng, dan binder. Waktu sampai kos, baru keinget belum beli sabun colek. Oh great, aku mulai pikun ya? Ckck..
Kamar berantakan, waktunya beres-beres. Tapi ternyata lebih tertarik ngrapiin binder yang baru aku beli. Aku pindah semua kertas dan catatan dari binder hijauku yang berantakan isinya ke binder yang lebih sederhana dan simple. Aku urutkan pembatas binder dan kasih name tag di tiap pembatas itu, plus kasih kertas kuning khusus (yag bisa ditempel dan dilepas tanpa lem) untuk note tambahan di tiap mata kuliah. Dan nggak lupa juga kasih gambar pemandangan pohon sakura yang bermekaran sebagai sampul depan dan belakang biar suatu saat aku bisa ke sana dan lihat secara langsung (Jepang maksudnya).
Ada satu lagi yang aku lakukan. Di balik  gambar itu aku letakkan someone’s photo, haha.. Cuma buat hiasan kok. *gubrak
Setelah itu aku melakukan kegiatan seperti biasa, ngerjain tugas -__-. Kali ini lebih milih ngerjain tugas daripada latihan Relung. Maaf deh yah Mas Sutradara :p . Then, sekitar jam sembilan malam, aku cuci muka dan aku melihat kucing yang tiduran di dekat tempat nyuci dengan anehnya, nggak selayaknya kucing. Ya tapi aku cuek sih, terus masuk ke kamar deh.
Jam setengah 11 malam, terjadi suatu keributan di dekat tempat nyuci. Akhirnya ketahuan deh kalau kucing itu lagi sakaratul maut ternyata. Dia nggak bisa gerak. Bagian tengah sampai belakang tubuhnya mati rasa. Dia cuma bisa nggerakkin kepala dan 2 kaki depannya. Nggak tega aku, kasian banget L. Mana kedinginan pula. Mba Desi dan Nani Bugis mencoba untuk memindahkan kucing itu ke kardus datar yang dilapisi handuk. Kucingnya juga diselimutin soalnya dia udah kena air, dan pastinya kedinginan. Evakuasi kucing butuh sekitar 1 jam. Kita evakuasi ke depan kosan. Kasian sih sebenarnya, tapi masa iya dipindah ke kamar. Sereemm.
Setelah itu aku pun kembali menulis jurnal. Lalu tidooeer.

Monday, September 24, 2012

You Are The One, My Aura (EsaAura) 3

Esaura

Suatu hari, Aura keluar villa untuk membeli beberapa bumbu masakan di warung yang cukup jauh dari villa. Dalam perjalanan pulang, Aura dihadang dua preman. Aura sangat ketakutan, apalagi jalanan itu gelap dan sepi. Saat kedua preman itu mendekat, Aura berteriak keras. Lalu tiba-tiba Esa ada di depan Aura dan melontarkan kepalan tangannya ke salah satu preman itu sampai terpental dan terjatuh ke samping. Lalu preman yang satunya mencoba meninjunya, tetapi berhasil ditangkis tangan kiri Esa sementara tangan kanannya memukul keras perut si preman itu.
“Awas!!” teriak Aura dari belakang dan satu detik setelah Esa menoleh, satu hantaman keras dari preman mengenai pipinya sampai keluar darah dari bibirnya. Tetapi Esa langsung membalasnya sampai mereka lari terbirit-birit. “Kamu nggak apa-apa, Aura?” tanya Esa khawatir dan Aura hanya mengangguk.
Kemudian di villa, Aura mengobati luka-luka Esa dari perkelahian tadi. “Terima kasih sudah menolongku. Maaf, Sa, aku lupa kalau malam-malam aku dilarang keluar villa sendirian,” kata Aura dengan menyesal. Esa tetap saja diam sehingga Aura berpikir Esa pasti marah besar atas kejadian tadi. Kemudian, dengan ekspresi yang susah ditebak Aura, Esa berkata, “ Besok malam ada festival di kota. Kita akan pergi ke sana.” Lalu Esa langsung beranjak dari tempat itu. Aura masih terdiam memikirkan apa yang baru saja dia dengar. Saat Aura akan bertanya, Esa berkata lagi,” Sebagai penebus kesalahanmu tadi.” Betapa gembiranya Aura mendengar hal itu.
            Mereka pun bersenang-senang di festival itu. Aura berpenampilan sangat cantik sehingga membuat semua orang kagum melihatnya. Tetapi sepuluh menit sebelum kembang api dinyalakan, mereka mendengar orang di sebelah mereka berkata bahwa Aura tidak cocok bersama dengan lelaki seperti Esa yang dicap sebagai pembawa sial. Keceriaan yang sebelumnya ada pun hilang meskipun terlihat sikapnya biasa saja.
          “Kamu bukan pembawa sial kok. Peristiwa itu bukan kamu yang salah,” ucap Aura. Esa pun terkejut dan bertanya, ”Apa maksudmu?”
         “Aku sudah tahu semua. Peristiwa kebakaran yang menimpa keluargamu dan nenekmu dulu,” jawab Aura. Terpancar kesedihan dari wajah Esa. Lalu Aura meneruskan, “Sudah, hiraukan saja mereka. Mereka hanya orang yang nggak peduli dan nggak punya rasa iba sedikit pun. Mereka sama sekali nggak punya perasaan.”
             Esa tersenyum, tetapi bukan senyum bahagia. Dia tersenyum tetapi tersirat kekecewaan dari wajahnya dan senyumnya seperti mengkasihani dirinya sendiri.
           “Oh, jadi kamu mau bilang kalau kamu merasa kasihan setelah tahu masa laluku. Ternyata aku salah. Selama ini kamu baik dan perhatian sama aku karena kamu kasihan sama aku. Bodohnya aku mengharap lebih,” ucap Esa lirih sambil masih tersenyum.
                “Bukan, bukan itu maksudku. Aku…”
           “Cukup! Aku nggak butuh belas kasihanmu,” potong Esa dengan sinis. “Dari awal memang nasibku sudah ditentukan. Aku hidup untuk diriku sendiri dan hidup seorang diri.” Lalu Esa bersiap melangkah pergi.
             “Kamu ngomong apa sih? Kenapa kamu berpikiran seperti itu?” tanya Aura. Esa menoleh dan dia berkata, “Karena aku ‘esa’. Hanya aku seorang diri, nggak ada yang lain. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu sendiri. Jadi, perhatian dan belas kasihanmu nggak akan mengubah apa pun!” Esa pun pergi meninggalkan Aura.
           “Esa…” Suara Aura bergetar dan dia mulai menangis. Esa hanya menghentikan langkahnya tanpa berbalik menghadap Aura. “Mungkin bagimu arti ‘esa’ seperti itu. Tapi bagi aku, kamu ‘esa’ku! Hanya satu, hanya kamu, hanya seorang, nggak ada yang lain. Iya, sekarang aku benar-benar kasihan! Kamu nggak pernah mau mencoba untuk mengubah nasibmu. Padahal aku cuma mau kamu bahagia, tapi ternyata percuma. Sia-sia semua karena kamu sendiri yang membuat diri kamu menderita.” Bunga di langit malam mulai bermunculan. Suaranya mengalahkan suara tangisan Aura. Mereka terdiam sejenak. Lalu Aura pun berbalik pergi meninggalkan Esa yang hanya terdiam.
Powered by Blogger.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management