Monday, November 24, 2014

Yossy #end


 Part 3

Dia duduk di sampingku, menemaniku yang sedang terkulai lemah di ruang inap. “Kamu ke sini sendirian, Do? Nggak sama orang spesial atau undangan special mungkin?” tanyaku iseng untuk memecah keheningan. Dia paham maksudku, tapi dia hanya menjawab sambil tersenyum, ”Nggak, Lun.“ Ya, dia memang tersenyum, tapi tersenyum getir. Tidak lama dia menjenguk dan menemaniku, karena aku harus istirahat. Namun, dalam pertemuan singkat ini, aku dapat melihat belum ada yang berubah dari dirinya, perasaan maupun sikapnya untukku. Caranya menatap, nadanya ketika bercerita dan bercengkrama, dan dalam sentuhan-sentuhan kecilnya aku masih dapat merasakan apa yang ada dalam isi hatinya. Tapi aku tidak dapat berbuat apa-apa. Kita tidak boleh bersama, dan aku pun telah mencintai orang lain. Aku hanya berdoa agar dia mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.
***_***

Sunday, November 23, 2014

Yossy #2


 Part 2
Aku membuka mata mendengar pintu yang berdecit pelan dan seseorang datang menjengukku, seseorang yang lama kurindukan. Dia tersenyum dan berjalan mendekat membawa satu paket buah untukku.“Pagi, bagaimana kabarnya, Bu Luna?” tanyanya. Aku tertawa kecil lalu menjawab,”Nggak perlu kaku begitu, aneh tahu. Begini-begini aku juga masih gaul kok.”
***_***

Saturday, November 22, 2014

Yossy #1


 Part 1

Jodoh, salah satu misteri yang tidak pernah mampu dipecahkan oleh banyak orang. Mungkin sebagian orang merasa mudah dalam menemukan jodoh mereka, dan sebagian orang yang lain perlu merasakan getirnya kehidupan demi bertemu jodoh yang tepat. Tapi untukku, jodoh itu penuh kejutan. Aku tidak akan tahu pasti siapa jodohku sampai akhirnya aku menghembuskan nafas terakhir di sisinya.Aku pun kini sudah mulai menua, terbaring lemah di rumah sakit ditemani suami tercinta dan kedua putri kembarku yang sudah mulai beranjak dewasa.

Tuesday, November 18, 2014

Senyum Kala Senja

SENYUM KALA SENJA


 “Bayu!, ini pasti kerjaan kamu, kan?!” teriakku sambil terengah-engah. Tidak ada jawaban, tetapi aku masih mendengar ada beberapa orang menahan tawa sembari melangkah pergi. Lalu suasana menjadi hening. Aku tetap berteriak meminta tolong. Tenggorokkanku mulai terasa serak, sampai-sampai sulit untuk berbicara. Lalu aku alihkan tenaga untuk melepas ikatan. Satu jam berlalu. Gelap, dan itu membuatku panik. Ikatan di tanganku mulai mengendur, tapi tetap tidak bisa lepas. Aku pun pasrah.

Tentang Rasa – Maaf… Sahabat

Tentang Rasa – Maaf… Sahabat

Maaf. Satu kata ini akan selalu aku lantunkan.
Dalam tiap langkah, tiap nafas, dan tiap gerakan.
Sekalipun kau tak pernah tahu, dan tak pernah akan mendengarnya.

Maaf. Sampai kapanpun tak kan berhenti dan menghilang dari hidupku.
Hanya kata ini yang akan terus membayangiku.
Meski alasan tak pernah kau kan tahu.

Powered by Blogger.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management