Thursday, February 04, 2016

Maze Traveler (Penjelajah Labirin) - Labirin Kaca

Bagian 1
Labirin Kaca

Aku seperti dalam ruang yang cukup gelap dan penuh cermin setinggi lima meter. Ke mana pun aku pergi, hanya ada cermin. Sepanjang jalan yang berliku yang aku susuri, hanya ada aku dan pantulan-pantulan diriku, diriku yang lain. Mereka bukan aku, tapi kita sama.
Aku terus berjalan mencari jalan keluar. Semakin lama semakin menyesakkan. Kupercepat jalanku lalu aku mulai berlari kecil. Seluas apakah labirin ini? Sejauh mana aku harus menjelajahinya? Dan selama apa aku dapat bertahan? Bingung menghampiri, dan cemas pun merajai. Aku merasa ketakutan sendiri melihat sosok-sosok yang berlari dengan kecepatan yang sama namun tubuh yang berbeda. Mereka bukan aku dan kita tidak lagi sama.
Siapa mereka? Mereka tampak mengerikan. Aku berlari makin cepat, berusaha menjauh dari mereka. Tapi mereka tetap mengejarku. Begitu ketakutan, aku tak bisa menggunakan akalku dengan benar. Aku berlari tanpa tahu arah. Berbelok, berbelok, dan berbelok. Berlari dan terus berlari. Aku tidak menemukan jalan keluar, tapi jalan buntu. Aku terjatuh, terpojok dan aku terengah-engah. Aku berbalik ke belakang, sosok-sosok mengerikan itu menghilang. Aku duduk memeluk kedua lututku, dan kutundukkan kepalaku bersandar pada lututku. Aku merasa haus dan lapar, tapi tak ada apa pun di sini. Aku menangis, tapi itu hanya membuatku semakin haus dan lapar. Kuusap air mataku dan dengan lemas, aku mencoba berdiri. Aku berpegang pada dinding di sisiku. Dan lagi, aku melihat sosok dalam cermin. Terkaget, aku melangkah mundur hingga menabrak sisi dinding yang lain, dinding cermin. Menyedihkan. Mereka menyedihkan dan mengerikan. Tidak terlihat kebahagiaan, namun hanya kesepian dan ketakutan. Langit dan lantai pun berubah menjadi cermin. Mereka semua muncul dari segala sudut, mereka yang terlihat jahat dan penuh kesedihan.
Tempat apa ini sebenarnya? Di mana aku? Dan siapakah mereka? Aku terdiam, pikiranku kosong sesaat. Kenapa aku harus bertanya siapa mereka? Bukankah jelas mereka adalah aku.
Ya. Mereka adalah aku. Lalu siapa aku sebenarnya? Siapa? Aku adalah mereka semua, mereka yang menunjukkan betapa buruknya aku: penuh kecurigaan, ketakutan dan kepedihan yang akhirnya menimbulkan kebencian pada kehidupan. Kecurigaan akan tingkah laku tiap orang. Ketakutan akan kehilangan dan ketakutan akan dibenci dan dilupakan. Kepedihan karena telah merasakan banyak kehilangan dan kebencian serta terlupakan. Aku menganggap mereka tidak pernah ada. Yang kulakukan hanya berlari menjauh. Pergi menjauh karena aku tidak ingin menganggap mereka adalah bagian dari diriku.
Kuberanikan diri mendekat pada salah satu sosok menyedihkan dalam cermin. Kuamati sosok tersebut. Perlahan semua sosok-sosok dalam cermin menyamai sosok itu. Tidak kuasa aku menahan tangis dan terucap kata maaf dari bibirku. Begitu rapuhnya kah aku serapuh sosok yang sedang kuamati itu? Salahku telah membiarkan dia sendiri. Salahku telah memisahkan diriku dan menganggap dia tidak ada. Salahku hanya berlari menjauh dari sosok itu, bukan membawanya bersamaku mencari jalan keluar dan meraih kegembiraan.
“Aku adalah kamu. Kamu adalah aku.”
Aku menerimanya sebagai bagian dari diriku. Aku menerimanya sebagai aku yang penuh kecurigaan, ketakutan, kesepian, kepedihan, dan kebencian. Aku tidak akan lagi berlari menjauh, tetapi berbalik menghadapi dan menerima. Akan aku terima semua, aku hadapi semua perasaan dan keadaan, lalu kuubah perlahan menjadi sesuatu yang lebih menyenangkan.

Labirin ini menunjukkan diriku yang lain, diriku yang sebenarnya. Namun, labirin ini masih membuatku tersesat. Aku masih harus mencari jalan keluar. Dan perjalananku sepertinya masih panjang.

Powered by Blogger.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management