Apa Salahnya Tertutup
Orang yang
sifat dan sikapnya tertutup, apa itu salah? Apa itu dosa atau melanggar hukum?
Bukankah tiap orang ditakdirkan memiliki karakternya sendiri-sendiri, baik
terbuka atau tertutup? Lalu kenapa banyak orang memilih untuk menjauhi seseorang
yang tertutup dan mengatakan serta menilai dia ‘freak’, aneh, atau hal-hal
negatif lainnya, bahkan memungkinkan menghakiminya sebagai seorang ‘psychopath’,
hanya karena dia menjauh atau menghindari atau mengurangi kontak dengan
lingkungan sosialnya.
Sedikit
orang yang peduli pada orang itu, dan sangat sedikit orang yang mampu bertahan
menghadapinya. Banyak orang mengharapkan ‘teman’ tersebut berubah dan mau
berbaur pada lingkungannya. Beberapa dari mereka mencoba mengajak si ‘teman’
untuk bergabung, tapi pernah kah mereka berpikir tentang kesulitan yang ‘teman’
alami? Bukan hal mudah untuk mengubah watak seseorang atau bahkan diri sendiri
meskipun ada kemauan di sana. Dan pada titik tertentu di mana mereka tidak
dapat membuat ‘teman’ berubah, mereka menyerah, mulai meninggalkan si ‘teman’,
dan ‘teman’ pun kembali sendirian. Dan kehilangan topangan untuk membuka diri.
Sangatlah
sulit bagi ‘teman’ ini untuk menemukan tempat yang benar-benar mampu dia
percayai. Mungkin memang hanya kesendirian dan diri sendirilah tempat yang
paling dia percaya. Tapi bukan berarti dia pantas untuk disendirikan. Tidak ada
satu manusia pun yang sangat ingin sendiri di dunia ini. Bahkan ketika manusia
membicarakan kematian, mereka ingin agar mereka dapat bertemu lagi di kehidupan
setelah mati nantinya.
Masih
beruntung bagi orang-orang yang tertutup tapi supel. Mereka tetap dianggap orang
yang seru dan mengasyikkan. Tapi bagaimana dengan seseorang yang tidak pandai
berbaur dan bersosialisasi, ditambah sifat dan sikapnya yang tertutup? Dia
dicecar banyak penilaian negatif. Sebenarnya ‘teman’ merasa kesepian, merasa
iri dengan orang lain di sekitarnya yang berbicara, bercanda tawa bersama, tapi
dia memiliki ketakutan tersendiri yang mempersulitnya membuka diri.
Aku menulis
semua ini, aku pun mengingatkan diriku untuk tidak membiarkan orang-orang
seperti dia merasa terasingkan. Tapi aku sadar, aku pun termasuk orang yang
sedikit tertutup. Aku bukan orang yang pandai bergaul, lebih suka diam dalam
banyak situasi. Aku terlalu takut untuk membuat orang lain menjauhiku dan
membuat jarak denganku karena sifat-sifat burukku, dan tanpa sadar, ternyata,
aku sendiri yang memulai membuat jarak itu.
“Kenapa aku
harus memaksakan diri untuk selalu jadi orang yang asyik padahal sifat dan sikapku
itu berkebalikan. Aku hanya perempuan biasa, tidak sempurna, dan bukan malaikat
yang hanya memiliki watak baik. Aku penuh keburukan, tapi bukan berarti aku
penjahat yang harus diasingkan di penjara yang gelap. Aku mungkin penuh
rahasia, tapi bukan berarti yang aku inginkan di duniaku hanya aku.”
0 comment:
Post a Comment