TERNYATA!!
Di
suatu rumah, yang gue kenal itu adalah rumah tetangga gue, berkumpulah beberapa
perempuan yang rumpi dan heboh ngomongin perjodohan di ruang tamu. Gue di situ cuma
jadi penyimak mereka. Ternyata mereka ribut gara-gara si U bakal dijodohkan. Mereka
semua penasaran laki-laki seperti apa yang bakal dijodohkan dengannya, bahkan
si U sendiri nggak tahu. Gue juga penasaran sih sebenarnya, tapi gue diam aja. Lalu
keluarlah seorang tante-tante, yang ternyata dia adalah ibu dari si U. Dia
minta si U untuk berdandan yang cantik dibantu yang lain.
Di
situ, gue nggak tahu gue jadi siapanya mereka. Entah antara tetanggaan atau
saudaraan. Wajah mereka semua asing. Tapi satu hal yang gue yakin, perlakuan cuek
mereka ke gue seolah-olah hubungan kita menggambarkan keadaan Cinderella sama ibu tiri dan
saudari-saudari tirinya atau semacam Ande-Ande Lumut dan Klenting Kuning atau
Bawang Merah Bawang Putih atau lagi Si Upik Abu.
Kesal
karena gue nggak pernah dianggep, gue berdoa dalam hati semoga perjodohannya
batal dan si laki-laki lebih milih gue ketimbang si U kayak yang terjadi di
dongeng-dongeng.
“Tan,
orang yang mau dijodohkan sama U itu kayak apa sih?” tanya salah satu teman si
U ke Tante Tiri gue (karena gue ngerasa dia bukan tante gue sebenarnya). Lalu tiba-tiba,
tanpa bisa di nalar, muncul foto seseorang di tembok dengan beberapa deskripsi.
(Ah, pakai LCD ternyata…tapi LCD di ruang tamu??)
Si
Tante tiri pun menjelaskan sosok laki-laki itu, dari latar belakang sampai
latar depan. Anehnya, gue sama sekali nggak ingat namanya, dan ternyata memang
nggak pernah ada yang nyebutin namanya di situ. Yah, sebut aja dia si T.
Setelah
tante selesai cerita sedikit tentang T, lalu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Si
T akhirnya dipersilahkan masuk dan memperkenalkan diri. (semacam kayak
perkenalan diri waktu mau seminar atau presentasi di depan kelas gara-gara ada LCD
dan dia berdiri menjelaskan apa yang ada di layar…)
Seingat
gue, T itu laki-laki yang biasa aja. Nggak tinggi, nggak pendek. Kulitnya agak
gelap, pakai kacamata. Rapi sih orangnya, tapi gue nggak lihat ada hal-hal dari
dia yang patut dipuja-puja. Herannya, di situ (di mimpi gue) gue ikut terpikat,
sama halnya kayak si U dan yang lainnya.
Dan
mulailah si Tante tiri ‘menjual’ putrinya, si U. Dia ungkapin semua kebaikan
dan kecantikan si U, agar si T yakin sama dia. Tapi ternyata, niat kedatangan T
adalah untuk membatalkan perjodohan. Tante tiri nggak terima dong, jadi dia
berusaha gimana caranya agar T tetap menikah dengan U. Pada akhirnya, tante
tiri pasrah, “Baiklah. Kalau begitu kamu harus meyakinkan Ibu saya dulu, karena
dia yang selalu memaksa saya agar menikahkan anak saya dengan keturunan dari
keluargamu.” (ternyata begitu… mungkin ini mimpi efek gue dulu suka nonton FTV)
Saat itu, T masih kekeuh dengan pendiriannya, “Tapi untuk sekarang saya nggak
siap menikah.”
Singkat
cerita, entah kita semua dapat mandat dari ibunya tante tiri atau dari ‘sesepuh’
yang lain, yang pasti T harus memilih satu sebagai pasangannya. Dan tiba-tiba setting tempat berganti menjadi ruang
keluarga (yang entah itu beneran ruang keluarga atau tanah lapang, saking
luasnya). Gue masuk bersamaan dengan U dan yang lain. Sudah ada beberapa orang
yang ada di sana, berdiri dan juga duduk. Gue kaget, ada orang yang gue kenal
dengan pasti. Dia teman SD+SMP gue, sekaligus tetangga jauh gue. (akhirnya ada
juga wajah yang gue kenal)
Tanpa
curiga dengan situasi di situ, gue menyapa temen gue itu. Sebut aja dia eR,
karena inisial nama panggilannya adalah R. Kita ngobrol banyak gegara
bertahun-tahun nggak pernah ketemu (emang realita sih jarang ketemu semenjak
SMA, dan makin nggak pernah ketemu sejak kuliah)
Lalu
di hadapan kita semua, entah itu tante tiri atau orang tua yang lain (gue lupa
wajahnya), dia menjelaskan sistem pemilihan pasangan untuk T. Si T, yang saat
itu belum ada di tempat, harus menutup matanya dengan kain lalu berjalan ke
tempat para kandidat dan memilih salah satu dari mereka dengan random. Sembari di depan dia
menjelaskan, beberapa perempuan di sebelahku bisik-bisik sendiri. Salah satu
dari mereka juga bertanya padaku, “Eh, bukannya dia itu temenmu pas SD yah? Yang
cakep itu loh.” Gue cuma ngangguk, tanpa melanjutkan pembicaraan bisik-bisik
mereka. Tapi gue membatin sambil melirik ke eR, “Emang, dia yang lebih cocok
jadi pangeran di cerita ini.” Lalu gue manggut-manggut sendiri.
Akhirnya,
si T datang. Suasana langsung tegang, entah tegang antusias atau yang lainnya. Anehnya,
gue masih berharap dia berjalan ke arah gue dan milih gue. Lebih anehnya lagi,
kita semua – terutama gue – sama sekali
nggak merasa aneh dengan adanya beberapa laki-laki di situ…sebagai kandidat!! Termasuk
pula eR! (bego bener gue di mimpi)
Dimuailah
ritual pemilihan itu. Dengan pelan, T berjalan ke arah gue. Makin dekat dan
makin dekat. Makin senang juga karena gue merasa dia bakal milih gue. Tapi
ternyata dia cuma berhenti di depan gue, dan menyentuh bahu orang di
sebelahnya. Keputusan telah ditetapkan. Ternyata T memilih orang itu… laki-laki
itu! Dan dia adalah eR! (Itu mata ditutup tapi seolah-olah penutupnya bolong,
sampai tahu di mana yang laki-laki di mana yang perempuan…)
T
membuka penutup matanya, dan terlihat senang dengan pilihannya, lalu dia
berjalan kembali ke depan. Dia yang awalnya terlihat maskulin, tiba-tiba
berubah jadi feminin. Cara jalannya, gerak tangannya. Bahkan dia juga bercermin
agar terlihat gant….. eh cantik, mungkin. Yah, ternyata maksudnya nggak siap nikah tadi adalah nggak siap nikah sama perempuan.
Gue
sedih banget, hampir kayak patah hati, tapi bukan karena T nggak milih gue atau
kenyataan kalau dia ‘macam itu’. Gue sedih karena eR yang terpilih. Gue sedih
lihat mukanya yang jadi pucat dan badannya yang samar-samar terlihat gemetaran.
Saat dia berjalan, saat gue cuma lihat punggungnya yang menjauh, saat itu gue
terbangun……
The end…
0 comment:
Post a Comment