CINTA
TAK KAN KE MANA
(bagian
1)
Ada kisah kecil nih tentang dua insan
manusia yang saling mengenal sejak mereka masih TK. Mereka tetanggaan tapi beda
RT. Sebut saja si anak laki-laki dengan Wian dan si anak perempuan dengan Izqi.
Masa kecil mereka bisa dibilang
menyenangkan juga tak terlupakan. Kenangan yang masih melekat diingatan mereka
dan cuma mereka yang tahu itu kadang-kadang membuat mereka geli sendiri. Permainan
suami-istri. Mereka saja tidak menyangka sewaktu kecil mereka bermain seperti
itu. Ditambah lagi adiknya Wian dianggap sebagai si anak dalam permainan itu. Daan…
yang paling Wian dan Izqi ingat adalah ketika mereka saling mencium pipi. :3
Yah begitulah mereka, ceria dan selalu
bersama meskipun jarak rumah mereka sedikit jauh. Harus menyebrangi sungai
segala lho. *maklum, di desa... Sayangnya itu tidak berlangsung lama. Setelah
lulus dari TK, mereka berpisah karena SD mereka berbeda. Mereka hampir tidak
pernah bertemu lagi dan bermain bersama lagi. Teman-teman baru mereka
masing-masing sudah membuat mereka nyaman dan menjadikan yang lalu tinggal
kenangan.
Ketika sudah cukup besar, Izqi pun
sering pergi ke masjid di bulan Ramadhan untuk shalat Isya, Tarawih, dan Shubuh
bersama teman-temannya. Begitu juga dengan Wian. Mereka pun bertemu tetapi
tidak ada yang saling menyapa. Wian terlihat terlalu asyik bersama
teman-temannya dan Izqi yang pemalu itu pun mengurungkan niat untuk menyapa. Jadinya
mereka semakin terlihat seperti orang asing yang hanya kenal wajah dan nama.
Tahun demi tahun berlalu. Mereka mulai
beranjak dewasa. Punya teman, sahabat, cinta pertama, dan pacar pertama, juga
mantan pertama tentunya. Intensitas pertemuan mereka berdua yang cuma terjadi
saat mereka akan shalat berjamaah di masjid di bulan Ramadhan membuat Izqi
heran ketika ada seseorang mengatakan padanya bahwa Wian menyukainya sejak TK.
Itu hal yang sulit Izqi percaya dan dia memang tidak percaya. Bagaimana bisa
Wian menyukainya sedangkan mereka bertemu saja jarangnya minta ampun. Memang
begitu sih pemikiran Izqi. Tapi entah kenapa ketika Izqi bertemu dengan Wian,
jantungnya malah jadi deg-deg-an. Bahkan ketika dia akan berangkat ke masjid. Hanya
saja Izqi terlalu cuek, merasa bahwa itu cuma akan berlangsung beberapa waktu
saja, sehingga tidak ada yang berubah deh tentang hubungan di antara mereka.
Tetap asing.
Sampai akhirnya Izqi lulus dari SMA dan
meneruskan kuliah di luar kota. Nah, satu bulan sebelum dia pergi ke luar kota,
tepatnya bulan Juli, Izqi dan Wian sempat bertemu di sebuah seminar tentang
kesehatan dan narkoba di desa mereka.
Kejadiannya, pagi itu baru ada beberapa
orang yang hadir. Nah, rupanya Izqi terlalu awal datang ke tempat seminar
sehingga dia lebih senang duduk-duduk dan menunggu di luar ruangan. Setelah
cukup ramai, Izqi pun mengisi daftar hadir dengan malas-malasan. Tidak sadar
ternyata orang yang mengisi daftar hadir di sebelahnya itu adalah Wian. Ketika
Izqi selesai menulis daftar hadir, barulah dia menengok ke kiri. ‘Eh…’ Sedikit terkejut,
tapi yang Izqi tunjukkan hanya senyumannya saja. Sok cool gitu. Lalu Izqi segera masuk ruangan. Sedangkan Wian tetap
berada di luar bersama temannya. Entah mereka mengobrol tentang apa tapi sesaat
Izqi merasa diperhatikan saat itu.
Sambil menunggu acara dimulai, Izqi
mengutak-atik handphonenya karena merasa
bosan. Sewaktu dia lihat ke arah pintu di bagian belakang, masuk deh tuh si Wian.
Saling bertatapanlah mereka tapi cuma sebentar. Cara-caranya sih takut jadi
zina mata. Hehe…
Tiba-tiba Izqi jadi deg-deg serr,
senang gitu deh. Padahal ya mbuh
kenapa bisa muncul perasaan itu. Izqi jadi terheran-heran dan mulai memikirkan
tentang perasaannya itu, sedikit. Makin seneng juga tuh si Izqi soalnya Wian
memilih duduk di belakang dia. Harapannya sih bisa mengobrol atau sekedar
basa-basi. Eh ternyata! Malah temannya yang basa-basi dan kenalan sama Izqi.
Namannya Dana. Dana tertarik sama Izqi dari pertama bertemu sewaktu pengisian
daftar hadir. Dia juga tahu nama Izqi dari Wian saat itu.
Setelah minta nomor handphone Izqi, mulai deh Dana
melancarkan aksi pedekate alias pendekatannya. Hampir tiap hari Dana sms Izqi
dan beberapa kali mengajaknya main. Izqi sih welcome-welcome saja. Tapi kalau diajak main, Izqi menolak. Sebenarnya
yang lebih dia harapkan adalah Wian. Nah, beberapa hari setelah seminar, tanpa
diduga-duga ternyata Wian sms Izqi juga. Ehhemm, senyam-senyum sendiri deh tuh
Izqi waktu Wian pertama kali sms dia. Dan Izqi pun sering ber-sms-ria dengan
mereka berdua.
0 comment:
Post a Comment