CINTA TAK KAN KE MANA
(bagian 2)
Singkat
pertemuan sih, tapi Dana sudah mengatakan perasaan sukanya pada Izqi. Izqi
memang sudah bisa melihat kalau Dana suka sama dia. Tapi menurut Izqi, meskipun
Dana orang yang seru dan asyik, Izqi sama sekali tidak menyukainya. Ditambah
lagi gaya dia yang sedikit berandal dan susah disuruh shalat, playboy pula.
Jelas gagal lolos kualifikasi tuh. Jadi, Izqi cuma menganggapnya sebagai teman.
Selain itu, Wian juga memperingatkan Izqi untuk hati-hati sama Dana. Lha kok
bisa? Ya bisa, karena Wian tahu bagaimana aslinya si Dana. Makanya Wian cemas
dan berharap Izqi tidak menerima Dana sebagai pacarnya. Takut-takut Izqi sakit
hati. Padahal tanpa diperingatkan pun, Izqi sudah tahu.
‘Tapi
aku nggak maksa kamu sih. Kalau memang ternyata kamu suka sama dia ya aku udah
nggak bisa apa-apa lagi,’ gitu sih kata Wian pada akhirnya. Ujung-ujungnya Wian
juga menyatakan perasaan sukanya sama Izqi. Welah dalah, mereka bersaing nih
namanya. Meragulah Izqi setelah tahu perasaan Wian. Dia memikirkan segala
kemungkinan yang mungkin terjadi. Tapi akhirnya dia tetap mau memilih Wian dan jadilah
mereka Long Distance Relationship.
Izqi
tahu betul bahwa Wian memang orang yang disukainya. Tapi setelah mengenal Wian
lebih dekat dan lebih lama, seperti ada sesuatu yang salah, sesuatu yang tidak
membuat Izqi nyaman, dan sesuatu yang di luar harapannya. Mulai terlihat
sifat-sifat lain Wian yang terkadang membuat Izqi bingung.
Kalau
kata Izqi dari dulu sih, Wian itu ‘kebapakan’. Bukan berarti dia sudah bapak-bapak
atau mukanya muka tua, tapi sifat dan sikapnya itu yang mirip. Mulai dari
kalemnya, diamnya, cara jalannya, terlihat berwibawa dan bijaksana, bisa
ngemong pula. Ya secara dia putra sulung dari tiga bersaudara di keluarganya.
Wajar kalau seandainya dia seperti itu. Sayangnya, apa yang Izqi lihat selama
beberapa tahun itu dengan pengenalan lebih dekat selama beberapa bulan, muncul
sifat-sifat lain dan beberapa di antaranya bertolak belakang.
Yang
kelihatannya Wian itu penuh kehangatan sama anak kecil, tapi dengan Izqi
ternyata malah kekanak-kanakan dan gampang ngambek. Yang sekiranya Izqi, Wian
itu bijaksana dan dewasa ternyata ya pemaksa. Yang cara jalannya itu berwibawa
dan kalem, eh ternyata sms-nya pakai tulisan alay juga. Yang jelas-jelas rajin
shalat isya, tarawih, shubuh di masjid dari tahun ke tahun ya ternyata belum
paham untuk membatasi dan menahan diri dari nafsu.
Awalnya
Izqi mencoba bersabar dan beradaptasi dengan sifat Wian yang juga posesif. Tapi
karena dasar Izqi orangnya perfeksionis, jadilah dia galau dan sabarnya tidak
bertahan lama. Ditambah lagi orang tua Izqi yang tidak setuju dengan hubungan
mereka karena dirasa Wian tidak akan mampu membahagiakan Izqi secara materi.
Satu minggu setelah Wian berulang tahun, akhirnya mereka memilih jalan
masing-masing. Itu semua karena Wian tidak kuat dengan kecuekan Izqi.
Namanya
juga putus, pasti tetep ada sedihnya meskipun terkadang itu yang kita mau.
Betul kan? Ya sama. Izqi juga sedih waktu baca smsnya si Wian. Bukannya dia
yang mutusin, tapi malah dia minta diputusin Izqi. Sebenarnya Izqi tidak tega,
tapi daripada dilanjutkan. Sakit juga yang dirasain Izqi. Apa lagi waktu Wian
marah dan membentak Izqi, meskipun lewat sms. Itu pertama kalinya dia dibentak
sama laki-laki yang dia suka. Izqi tetap mencoba menenangkan dirinya dan si
Wian juga. Pada akhirnya kata-kata Wian yang keluar adalah ‘aku tetep bakal
nunggu kamu’. Izqi tidak tahu maksud dia apa dengan mengatakannya. Izqi juga tidak
tahu itu serius atau tidak. Yang Izqi tahu, hubungan mereka berakhir. Dan Izqi
hanya bergumam pada dirinya sendiri, ”Aku emang masih egois, aku tahu itu. Tapi aku yakin kita sama-sama bakal lebih dewasa nantinya. Dan kalau Tuhan emang njodohin kita, pasti kita bakal ketemu dan perasaan kita bakal bertaut lagi.”
0 comment:
Post a Comment