Tuesday, March 13, 2018

Dimana Letak Kebebasan? - Pasung Jiwa karya Okky Madasari (Opini Pribadi)

Kebebasan hanya fiktif belaka. Bagaimana mungkin ada kebebasan jika satu detik setelah manusia lahir, sudah ada norma dan aturan sosial yang harus dilekatkan padanya, pada bayi yang baru saja lahir ke dunia. Ada konstruksi sosial dan gender yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia. Apa konstruksi tersebut dibuat oleh manusia? Tentu saja. Berarti bukankah manusia itu sendiri yang memenjarakan diri? Tidak, lebih tepatnya konstruksi sosial, terutama konstruksi gender, pada awalnya dibuat untuk menguntungkan pihak laki-laki; itu untuk meguntungkan ruang gerak mereka dan memenjarakan wanita. Cari dan baca saja sejarah kehidupan wanita, bagaimana mereka teraniaya; mereka dijadikan budak baik jiwa maupun raga. Dan sekarang yang katanya emansipasi wanita? Ah percuma. Pada nyatanya, yang kupercaya, tidak ada kebebasan di dunia.

Kebebasan adalah hal yang kurenungi setelah membaca novel Pasung Jiwa yang ditulis oleh Okky Madasari. Sebuah novel kritik sosial yang menceritakan tentang kehidupan Sasana, seorang laki-laki yang menjadi biduan dangdut, dan Jaka, laki-laki yang memberi jalan kepada Sasana untuk menjadi Sasa si Biduan. Novel yang cukup menguras emosi. Meski salah di mataku dan di mata masyarakat pada umumnya--seorang laki-laki yang berdandan perempuan--,tapi itu lah potret kehidupan nyata dengan segala pengalaman buruknya. Lagi-lagi kita disindir dan dibikin mikir, bejat mana, orang yang menjadi waria tapi jujur pada dirinya atau orang yang seharusnya jadi panutan masyarakat tapi menyodomi mereka? Bejat mana, orang pekerja seksual yang tak munafik atau orang yang menghancurkan lokalisasi berkedok agama tapi sambil teriak "Bunuh! Bunuh!" dan menikmati juga barang-barang jarahannya?

Untukku, kisah yang disandingkan dalam Pasung Jiwa cukup pelik dan efeknya mungkin jika aku bertemu dengan seorang wanita-pria di depan mata, aku akan membatin, "Apa hidupnya serunyam Sasana?". Meski di akhir cerita, si penulis 'memberi' kebebasan pada Sasana dan Jaka, tapi apa mereka telah benar-benar bebas? Apa kita manusia, memang benar bisa bebas lepas?

Seperti yang kubilang di awal: fiktif. Sejatinya Tuhan memang tidak sekalipun membuat sesuatu yang kita sebut sebagai kebebasan, karena manusia memang diciptakan dengan aturan untuk hidup berdampingan. Tuhan tidak menciptakan kebebasan, tapi kemudahan dan perlindungan. Sayangnya, manusia sekarang kecanduan untuk mempersulit keadaan. Tuhan ciptakan pria dan wanita dengan perananannya. Tapi manusia terlalu congkak, ingin berkuasa dan mengubah kodratnya.

Banyak juga yang cenderung berpikir, orang yang kuat, dia bisa berkuasa; orang yang berkuasa, dia bisa bebas suka-suka. Iya, tepat, sesuai realita, tapi ya jelas hanya di dunia; bebas yang semu, maya, palsu. Bagi sebagian orang lain, yang tak punya kekuatan-kekuasaan, mati adalah kebebasan. Bahkan dalam Pasung Jiwa pun disuguhkan. Salah satu karakter yang ditemui Sasana di rumah sakit jiwa memilih mati demi bisa bebas. Atau tengok novel klasik seperti The Awakening karya Kate Chopin dimana tokoh utamanya pun memilih bunuh diri sebagai simbol kebebasannya karena dia terlalu terkekang dengan aturan masyarakat pada saat itu.

Tapi pada kenyataannya, lagi-lagi sayangnya, kematian pun ada aturannya. Orang yang memilih mati demi kebebasan, justru bukan mendapat kebebasan tapi masuk ke kurungan lain, bisa saja. Setidaknya begitu dalam agama yang kupercaya. Kebebasan yang lebih besar eksis di surga. Mati memang jalan satu-satunya, tapi mati pula jalan yang sama ke 'penjara' (red:neraka).

Tambahan, kenapa kubilang 'kebebasan yang lebih besar' bukan 'kebebasan nyata, mutlak, sejati, atau sesungguhnya'? Ya aku hanya berpikir ulang, Kalau surga sebebas itu, apa akan ada manusia di dunia? Kita ada karena Adam dan Hawa yang terusir dari surga, kan? Karena adanya pelanggaran aturan, meski hanya ada satu aturan/larangan. Dan yang bisa mengusir mereka cuma Dia. Jadi yang sebenar-benarnya bebas dan memiliki kebebasan hanya satu: Tuhan, Yang Maha Kuat, Maha Kuasa, Maha Segala.

Ah sepertinya lanturanku terlalu panjang ya. Ku sekian kan saja daripada bosan. Intinya, aku menikmati novelmu Mbak Okky, dua jempol.

0 comment:

Post a Comment

Powered by Blogger.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management