A Trip to the Past (
L )
Selang
beberapa bulan setelah aku dan K berpisah, masih dalam tahun yang sama –2009–,
diadakan suatu acara reuni SMP kelas Sembilan sekaligus buka bersama karena
bertepatan dengan bulan Ramadhan. Di sini lah aku bertemu kembali dengan L
setelah satu tahun tanpa kabar dan tanpa adanya komunikasi. Satu tahun
kemudian, tahun 2010 bulan Desember tanggal 7, aku dan L meresmikan hubungan
sebagai kekasih.
Karena sekolah
kita yang berbeda, aku jarang sekali bisa bertemu dengannya. Dan lagi-lagi handphone menjadi andalannya. Kita lebih
meluangkan waktu bersama hanya lewat handphone.
Hanya sekali-dua kali dia mengantar atau menjemputku. Hanya beberapa kali
dia ke rumahku. Dan hanya satu kali kita benar-benar main berdua.
Entah berawal
dari mana, cobaan mulai datang. Dua laki-laki mendekatiku. Mereka adalah A dan
M. Mereka tahu dengan jelas dan pasti bahwa aku masih dengan L. Namun, mereka
acuh dan tetap mencoba mendekatiku. Aku tidak pernah ragu dengan perasaanku,
sama sekali. Sampai suatu ketika, L mulai dingin padaku tanpa sebab. Mengetahui
hal itu, A dan M justru makin gencar ‘menyerangku’, membanjiriku dengan
perhatian. Aku tidak begitu mempedulikan dua orang itu. Justru semakin mereka
memberi perhatian, semakin aku sedih karena bukan L yang melakukannya.
Karena aku
masih belum berpengalaman dalam hal percintaan, aku pun tidak tahu harus bagaimana.
Apalagi orang-orang terdekatku mulai melawan hubunganku dengan L karena
melihatku yang saat itu cukup menderita. Semakin sakit rasanya ketika sahabatku
sendiri menyarankan dengan cukup tegas untuk mengakhiri hubunganku dengan L.
Meski aku
sempat meragukan perasaanku sendiri, pada akhirnya aku tetap tahu bahwa hanya L
satu-satunya yang aku sayangi saat itu. Aku tidak peduli apa yang dilakukan dua
orang itu. Aku pun tidak peduli apa yang orang lain pikir. Sayangnya, aku tidak
mengatakannya setelah tahu bahwa L sedang mengujiku.
Lagi dan lagi.
Aku menyembunyikan perasaanku sendiri. Aku tidak bisa mengatakannya ketika dia
sendiri sudah meragukan perasaanku dan tidak mempercayaiku dengan mengujiku dan
mendapatkan jawaban yang menurutnya benar. Pada akhirnya, ‘spanduk kekasih’
antara aku dan L pun diturunkan pada tanggal 9 Juni 2011 tanpa dia menyadari
perasaanku sebenarnya, bahkan hingga sekarang.
Karena itulah,
seandainya aku mampu kembali, aku ingin kembali ke masa ketika aku mengenal A
dan bertemu kembali dengan M. Alasan kenapa mereka mendekatiku adalah karena
kebaikanku sendiri. Awalnya mereka seperti anak kecil yang tersesat dan aku
menolong mereka menemukan jalan mereka. Ya, saat aku mengenal A untuk pertama
kalinya dan bertemu dengan M, teman masa kecilku, mereka sama-sama dalam
keadaan terpuruk. Sebagai seorang teman, aku hanya berusaha untuk membantu
mereka. Namun, perhatianku mereka salah artikan. Perhatianku membuat mereka
menargetkanku. Aku merasa aku cukup tegas mengatakan perasaanku hanya untuk L.
Mungkin aku seharusnya lebih kasar dengan tidak mempedulikan perhatian mereka.
Bahkan mungkin aku harus bersikap dingin seperti L yang sempat bersikap dingin
padaku.
Sekalipun apa
yang ingin kulakukan itu tidak mempan terhadap dua orang itu dan L tetap
menunjukkan keraguannya, harusnya aku tidak menyembunyikan perasaanku. Harusnya
aku tetap jujur apa adanya dan seharusnya aku berusaha sedikit lagi untuk
memperjuangkannya. Andai apapun yang ku lakukan tetap tidak berpengaruh,
setidaknya aku akan lebih lega dan lebih mudah untuk melangkah maju karena
tidak ada lagi hal yang aku tutup-tutupi dan tidak menimbulkan penyesalan di
kemudian hari. Aku tidak ingin lagi menahan diri dan menyembunyikan perasaan
apa pun untuk orang yang aku sayangi nantinya.
To
be continued…
0 comment:
Post a Comment