Part 3
Dia
duduk di sampingku, menemaniku yang sedang terkulai lemah di ruang inap. “Kamu
ke sini sendirian, Do? Nggak sama orang spesial atau undangan special mungkin?”
tanyaku iseng untuk memecah keheningan. Dia paham maksudku, tapi dia hanya
menjawab sambil tersenyum, ”Nggak, Lun.“ Ya, dia memang tersenyum, tapi
tersenyum getir. Tidak lama dia menjenguk dan menemaniku, karena aku harus
istirahat. Namun, dalam pertemuan singkat ini, aku dapat melihat belum ada yang
berubah dari dirinya, perasaan maupun sikapnya untukku. Caranya menatap, nadanya
ketika bercerita dan bercengkrama, dan dalam sentuhan-sentuhan kecilnya aku
masih dapat merasakan apa yang ada dalam isi hatinya. Tapi aku tidak dapat berbuat
apa-apa. Kita tidak boleh bersama, dan aku pun telah mencintai orang lain. Aku
hanya berdoa agar dia mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.
***_***