Story 4
Dia Merasuk
Sabtu
pagi sekitar pukul 07.05, Chrysta berangkat ke Kampus untuk mengikuti tes
TOEFL. Begitu juga dengan Cloud. Suasana pagi yang cerah dan cukup sejuk,
karena pepohonan di depan Gedung C sekian, membuat Chrysta nyaman untuk
berjalan pelan di sana. Dari jauh, terlihat Cloud datang dari arah berlawanan
mengenakan kaos biru dan jaket putih. Tidak ada orang lain lagi yang
menghalangi mereka saling berhadap-hadapan. Deg! Terasa sesuatu bergejolak di
diri Chrysta. Dia tidak berani menatapnya dan berjalan sedikit menunduk.
Untungnya Chrysta sampai di Gedung tempat tes berlangsung lebih dulu dan segera bergabung dengan
temannya.
Chrysta
salah tingkah? Bisa jadi. Bagaimana tidak salah tingkah, malam sebelum tes saja
mereka sudah membuat janji untuk bertemu setelah tes selesai. Bingung dan malu
rasanya. Bahkan Chrysta ingin mengcancel
pertemuan itu. Meski begitu yang dia rasakan, Chrysta tetap terlihat calm dan biasa saja.
Chrysta
bukan orang yang mudah melanggar janjinya, maka seusai tes mereka tetap
bertemu. Mereka menunaikan shalat Dhuhur dulu kemudian barulah mereka menuju
suatu pendopo di Kampus yang sering digunakan untuk kuliah dan latihan
mahasiswa jurusan Seni Tari,- biasanya juga bisa jadi tempat kumpul bareng
teman-teman atau sekedar mengerjakan tugas dan lainnya-.
Cukup banyak
yang mereka obrolkan. Mereka saling menceritakan kejadian-kejadian lucu atau
konyol yang pernah mereka alami juga beberapa kejadian sedih. Sempat juga
mereka membicarakan tentang seseorang yang pernah singgah di hati a.k.a mantan
pacar. Bahkan ketika Chrysta menceritakan mimpi anehnya, yaitu dia menikah
dengan seseorang, Cloud menebak itu adalah mantan pacar Chrysta.
“Bukan
dia kok,” kata Chrysta sambil senyum-senyum. Dia puas jika dia membuat Cloud
penasaran.
“Lha
terus siapa?”
“Emm,
siapa ya?” berlagak mikir. “Rahasia, hahaha…” Terlihat sedikit ekspresi kesal
Cloud, tapi Chrysta tetap tidak akan memberitahunya.
“Aku
heran deh, kok bisa aku mimpiin hal itu. Mungkin karena event pra-wedding di kelas kali ya,”
“Event pra-wedd? Di kelas??” tanya Cloud
kebingungan.
“Iya.
Jadi tuh waktu kelas Bahasa, anak satu kelas diminta buat artikel. Terus
dikasih satu paragraf tentang penulis plus
foto. Nah, fotoku itu foto pas aku pakai kebaya dan temenku ada yang nyletuk
itu foto pra-wedding. Belum ending
sampai situ. Waktu dosennya mengecek punya Danny, fotonya itu editan tapi si
Dosen bilang ‘kayak foto pra-wedd juga’. Spontan tuh anak sekelas teriak
‘Ciieeee!’ Malu banget aku!”
“Ah, aku
tahu sekarang.”
“Hah? Tahu
apa maksudnya?”
“Tahu
siapa yang di mimpi kamu tuh.” Hening sejenak. Chrysta sedikit tegang. Lalu
Cloud berkata, “Danny.” Rasa tegang langsung menghilang.
“Ini
orang, segitu penasarannya yah, ckckck…” kata Chrysta dalam hati. “Mau siapa
pun yang kamu tebak, nggak akan aku bilang. Gila aja, apa kata dunia kalau aku
terus terang laki-laki di mimpi itu kamu.” Dan senyum Chrysta itu mungkin
membuat Cloud lebih penasaran tapi dia tidak melanjutkan tebak-tebakan itu.
Saking
serunya mengobrol, tidak terasa adzan Ashar pun berkumandang. Sekitar jam
setengah empat sore, Chrysta dan Cloud pergi ke Masjid. Setelah selesai shalat,
Chrysta langsung pulang ke kosnya. Karena tidak bertemu setelah shalat, Chrysta berpamitan lewat sms.
“Akhirnya
berlalu juga. Jantungku bisa kembali berdetak dengan normal,” kata Chrysta
dalam hatinya. Sambil berjalan pulang, dia mengingat kembali yang baru saja
terjadi. Lalu dia tersenyum. Senang.
0 comment:
Post a Comment