Thursday, November 08, 2012

Berawal dari Awal 1


BERAWAL DARI AWAL


Pukul 14.15 WIB, dua orang gadis bernama Tyas dan Aula sedang asyik mengobrol sambil memakan eskrim di Ice World. Mereka bersahabat dari kecil dan Ice World ialah tempat kesukaan mereka.
“Yas, gimana kamu sama Ian? Ada kemajuan?” tanya Aula. Tyas hanya mengehela nafas dan menggeleng.
“Usaha dong! Aku nglihat kamu ngobrol sama dia aja nggak pernah loh. Mau cinta dalam hati terus apa?”
“Cinta dalam hati, memangnya UNGU band!” kata Tyas sambil bercanda.
“Eh, serius nih!” jawab Aula.
“Ah, lagi nggak minat ngomongin dia. Jangan bikin boring lah!” ancam Tyas.
“Iya deh, iya. Tapi aku ingin kamu cepat-cepat punya pacar, Yas!”
“Lho, kenapa sih? Aku sendiri juga nggak peduli-peduli amat. Kok malah kamu yang ribut? Tenang aja. Aku nggak akan sering-sering ganggu kamu sama Awan,” canda Tyas dengan senyum jahil.
“Aku nggak pernah merasa diganggu sama kamu kok.”
”Iya, tapi Awan belum tentu, kali!”
”Ah, ya udahlah. Nggak perlu ngomongin dia juga,” balas Aula dengan malas.
“Hemm, aku malas membahas Ian. Kamu juga nggak mau membahas pacarmu. Kalau gitu, pulang aja yuk! Toh eskrimnya udah habis,” kata Tyas sambil berdiri.
“Eh eh, nanti dulu sebentar. Tinggal satu suap lagi nih!” kata Aula sambil menghabiskan eskrimnya. Kemudian mereka pun berjalan keluar dari Ice World.
“Sepertinya aku harus ikut turun tangan! Tapi gimana caranya mendekatkan mereka ya?” tanya Aula dalam hati. Setelah cukup lama berpikir, tiba-tiba dia tersenyum sambil mengangguk-angguk. Kemudian dia pun mengambil handphone yang ada di tasnya dan mengirim sms ke Awan.
=+++=
Hari Senin adalah hari yang sial bagi Tyas karena ada apel pagi dan untuk kesekian kalinya dia nyaris terlambat. Dia berjalan cepat ke kelas untuk meletakkan tasnya. Dari arah sebaliknya, terlihat sosok Ian dari kejauhan. Tyas agak terkejut dan sempat menghentikan langkah sepersekian detik. Namun sepertinya Ian belum menyadari kehadiran Tyas. Tyas tetap berjalan cepat, berusaha agar bersikap wajar meskipun hatinya sudah tidak karuan. Saat mereka berpapasan, Ian membuang muka.
“Ukh! Harus ya dia buang muka seperti itu? Sekalian aja buang itu muka ke tong sampah!” kata Tyas dengan suara super kecil. Tetapi meskipun kesal, tetap saja Tyas merasa senang karena dapat berpapasan dengan Ian. Setelah berlari ke lapangan, dia langsung masuk ke barisan dan menghela nafas. “Alhamdullillah, masih sempat,” katanya lega.
“Duh, Yas. Nggak bisa ya kamu berangkat lebih awal lagi? Masih pagi sudah ngos-ngosan gitu,” ucap Aula.
“Nggak bisa. Sudah budayaku.”
“Budaya apanya?! Aku tahu kamu sengaja kan supaya bisa sering ketemu Ian. Dia kan juga suka berangkat lebih siang. Iya kan? Ngaku deh!” goda Aula.
“Ukh, kalau tahu kenapa mesti tanya sih? Lagian nggak salah kan?” kata Tyas agak malu.
“Ya nggak sih. Eh tapi kamu tenang aja. Aku yakin kok hubungan kalian akan jadi lebih dekat nantinya,” balas Aula. Awalnya Tyas heran, tapi akhirnya dia tidak mempedulikannya juga.
Sepulang sekolah, Aula meminjam handphone Tyas.
“Buat apa sih? Tumben pinjam punyaku?” tanya Tyas.
“Buat kirim pesan ke Awan. Aku lagi nggak punya pulsa soalnya.” Tanpa basa-basi, Tyas meminjamkan handphone miliknya. Beberapa saat kemudian, Aula mengembalikkan handphone Tyas sambil berkata, “ Nih, thank you.” Tyas hanya mengangguk dan memasukkan handphone ke sakunya lagi.
“Yas, kamu pulang duluan deh. Aku mau ketemu Awan. Ada something nih,” kata Aula sambil pergi menjauh. Tyas memang merasa aneh dengan sikap Aula itu, tapi seperti biasa, dia tidak terlalu memikirkannya. Salah satu motto hidupnya adalah jangan memikirkan sesuatu yang tak berguna dan jangan berburuk sangka pada orang lain.
=+++=

0 comment:

Post a Comment

Powered by Blogger.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management