Friday, March 07, 2014

A Trip to the Past III


A Trip to the Past ( K )
Sebelum memasuki masa-masa SMA, tepatnya ketika aku masih kelas Sembilan, aku menjalin hubungan yang akrab dengan dua anak laki-laki. Sebut saja mereka K dan L. Aku akui, aku memang tertarik dengan mereka. Namun, aku tidak menyangka mereka akan menjadi hal yang sangat berarti di masa-masa SMA.
Setelah K mengakhiri hubungan dengan Q karena terlalu sering dikhianati, aku pun makin dekat dengan K. Dia memang sering cerita tentang hubungan mereka. Terkadang jika mereka ada masalah, K meminta pendapatku. Aku tidak pernah membujuknya untuk mengakhiri hubungannya, tapi entah bagaimana ketika mereka putus, aku yang disalahkan oleh Q. Seolah-olah aku penyebab mereka putus. Aku tidak tahu apa yang K dan Q pikir, tapi yang pasti aku hanya ingin yang terbaik untuk K karena aku menyayanginya saat itu.
Pada akhirnya, tahun 2009 pertengahan semester ganjil, aku dan K pun menjalin hubungan yang lebih serius. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, hanya tiga bulan. Penyebabnya? Simple. Aku tidak bisa membuat K merasa nyaman lagi senyaman ketika aku berteman dengan dia dan dia bertemu orang lain saat itu terjadi. Aku tidak menyalahkan dia atau perempuan itu. Hak mereka untuk mencintai dan memilih seseorang. Justru karena aku tahu aku lah yang salah karena tidak bisa mempertahankan perasaan K untukku, aku pun menyerah dan melepasnya. Jangan tanya tentang perasaanku. Tiap orang pasti sangat sakit dan sedih ketika mereka harus berpisah dengan orang yang sangat berarti bagi mereka. Dan hatiku makin sedih karena persahabatan yang dulu sempat terbina, menjadi retak setelah hubungan kita berakhir. Aku pernah berharap, bahkan berusaha, jauh setelah dia putus dengan perempuan itu, untuk mengembalikan kedekatan kita layaknya teman dekat, namun gagal. Dia tidak lagi sama. Tapi setidaknya aku pernah mencobanya.
Hal yang sangat ingin ku perbaiki adalah sikapku selama menjadi kekasihnya. Tanpa aku sadari, aku telah berubah menjadi orang yang berbeda ketika aku berhadapan dengannya. Aku sangat malu untuk bertemu dengannya. Sangat sulit untuk bercerita banyak padanya secara langsung. Aku sangat bingung dengan apa yang akan dan ingin kulakukan serta kubicarakan padanya. Padahal, aku menjadi orang yang apa adanya ketika aku berinteraksi lewat handphone. Ya kita memang sangat dekat dari SMP, tapi kita jarang berhadapan secara langsung. Itulah kesalahanku yang pertama, terlalu mengandalkan komunikasi lewat media handphone.
Karena takut melakukan hal-hal yang konyol di depannya, aku pun menjadi jarang menemuinya. Terlalu jaim atau ‘jaga image’ adalah kesalahanku yang kedua. Aku pun terlalu malu untuk memulai. Harusnya, aku tidak perlu malu untuk menemuinya di kelas sepulang sekolah atau mengajaknya ke kantin bersama. Tidak peduli aku perempuan dan tidak peduli kelasnya ada jauh di ujung sana, mungkin harusnya aku melakukannya. Bukannya menunggu dia untuk melakukannya. Tidak peduli teman-teman sekelasnya akan ramai menggoda kita dan dia merasa malu, yang penting aku bisa menunjukkan bahwa aku serius menyukainya, aku benar-benar menganggapnya sebagai kekasihku, dan aku selalu ingin dekat dengannya.
Bodoh. Aku tidak pernah menunjukkan sisi ceria dan kekanak-kanankanku padanya, sisi cerewetku, dan sisi cerobohku saat itu. Yang kuperlihatkan hanya sisi tenang dan dinginku. Yang kutunjukkan hanya sisi cuekku. Aku tidak pernah dengan jelas menunjukkan bahwa aku sangat menyayangi dia. Mungkin selama itu dia berpikir bahwa aku hanya main-main karena aku tidak memberinya perhatian secara langsung. Tapi itupun karena aku masih tidak tahu bagaimana cara untuk menunjukkan bahwa aku menjalani hubungan kita dengan serius, bahwa dia benar-benar orang yang berarti untukku. Dan semua sudah terlambat ketika aku menyadarinya. Perempuan itu datang dan membuatnya berpaling. Aku hanya dapat menangis dibalik topeng senyuman dan topeng ketidakpedulian.
To be continued…

0 comment:

Post a Comment

Powered by Blogger.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management