Esaura
Seorang
laki-laki bernama Esa, tinggal seorang diri di sebuah villa milik neneknya yang
sudah tidak pernah dikunjungi lagi. Villa tersebut sangat terpencil dan jauh
dari keramaian kota, serta di kelilingi hutan yang konon menyimpan banyak hal
mistis. Ketika Esa berumur lima tahun, terjadi kebakaran yang menewaskan kedua
orang tuanya. Sayangnya, hal serupa terjadi kembali saat dia berumur delapan
tahun. Saat itu, dia diasuh dengan penuh kasih sayang oleh neneknya. Tetapi
karena kebakaran itu, untuk kedua kalinya Esa kehilangan orang yang paling dia
sayang dan yang menyayanginya, yaitu neneknya. Banyak orang yang merasa iba
melihat keadaan Esa, tapi banyak pula orang yang menganggapnya sebagai anak
pembawa sial sehingga dia dikucilkan.
Karena
dia masih anak-anak, dia pun diasuh oleh pamannya yang baik hati, Paman Edi.
Tetapi keluarga pamannya yang lain tidak menyukai kedatangan Esa. Setiap hari
Esa harus mengerjakan pekerjaan rumah oleh bibinya dan selalu diperlakukan
tidak adil. Keluarga tersebut selalu berkata bahwa Esa adalah pembawa sial dan
tidak seharusnya Paman Edi menampungnya. Meskipun begitu, Paman Edi teguh pada
pendiriannya. Dia menyayangi Esa seperti putranya sendiri. Namun, ketika Esa
berumur 15 tahun, dia memutuskan untuk pergi dari rumah itu dan tinggal seorang
diri di villa milik neneknya.
Tiga
tahun telah berlalu. Suatu malam ketika Esa sedang membaca di perpustakaan
villa tersebut, dia melihat ada kilauan cahaya kebiruan dari arah danau di
belakang villa. Awalnya dia tidak peduli karena hutan itu memang penuh dengan
hal aneh sehingga dia tidak heran. Tetapi entah mengapa untuk kali ini dia
ingin tahu. Kemudian dia pun pergi ke danau tersebut. Setibanya di danau, dia
mengamati sekeliling tetapi tidak ada apa-apa. Ketika dia akan kembali ke
villa, terdengar bunyi aneh dari balik pohon besar di dekat danau itu. Ternyata
di bawah pohon itu hanya ada seekor kucing hitam. Esa pun kembali ke villa.
Di
depan pintu belakang villa, Esa merasa aneh karena pintunya terbuka. Padahal
saat dia keluar, pintunya tertutup rapat. Dia pun melangkah masuk. Dengan pelan
dan hati-hati dia buka pintunya. Satu meter dari tempatnya berdiri,
tergeletaklah seorang gadis berambut panjang dengan luka-luka kecil di
tubuhnya. Esa sangat terkejut tetapi tidak merasa takut. Dia mendekati gadis
itu, memeriksa apakah dia sudah menjadi mayat atau belum. Lalu dengan lemas dan
mata terpejam, gadis itu bergumam, “Laapaar…”
Setelah
gadis itu selesai makan, tanpa basa-basi Esa menyuruhnya untuk kembali ke
rumahnya. Hal itu membuat si Gadis kesal karena tanpa bertanya identitas dan
keadaan, langsung mengusirnya.
“Hoi!
Aku ngomong sama tembok ya?!” teriak Esa karena gadis itu masih diam saja. Si
Gadis pun makin kesal dan memaki-makinya dalam hati.
“Aku
mau tinggal di sini beberapa hari lagi,” jawab gadis itu dengan tegas. Meskipun
Esa menolak, tetapi gadis itu memaksa dan dengan seenaknya memilih kamar Esa
sebagai kamarnya. Akhirnya Esa mengizinkan gadis itu tinggal sementara di villa
tetapi dengan syarat dia mau pindah ke kamar di lantai atas yang masih
berantakan dan menyiapkan makan setiap hari.
to be continue...
0 comment:
Post a Comment