Sunday, September 09, 2012

9 September '12

Jurnal Harian
Minggu, 9 September 2012

Hari ini jadwalnya pergi ke SunMor (Sunday Morning) yang letaknya itu sepanjang jalan depan lembah UGM. Hampir sama kayak pasar yang ada kalau minggu pagi aja.
Seperti kemarin, aku pergi bareng Mba Dwis. Aku bangunnya sekitar jam setengah tujuh dan mandi jam 7an. Berangkat dari kos sekitar jam 8 lebih.
Pertama yang kita cari itu gantungan baju, letaknya itu di dekat toko Elips dan di tengah-tengah jalan. Karena di sana ada tulisan ‘ beli 3 -> 10.000’ maka kita beli gantungan baju warna ijo kembang-kembang, jepitan jemuran, dan sapu kecil warna kuning merah.
Setelah itu kita capcus nyari gantungan jilbab. Dari jalan tadi itu lurus ke arah barat sampai ketemu pertigaan. Di pertigaan, belok ke kiri (arah selatan). Maceeeettttnyaaaa. Desel-deselan sangat. Panas pula. Mana jilbabku hitam, pakai rok abu-abu bunga, bolero abu-abu gelap, + kaos putih yang bahannya emang panas banget. Wuh…
Tapi kita tetep jalan terus. Sampai akhirnya mba Dwis malah ketemu sepatu yang dia cari. Warna hitam. Tapi aku nggak tahu namanya sepatu model apa.
Oke, karena penjual gentungan jilbab yang mba Dwis sarankan nggak ketemu, jadi kita balik arah ke penjual gantungan jilbab yang lain. Akhirnya aku dapet gantungan jilbab harganya 20ribu + plastiknya juga.
Modelnya jadi kayak baju gitu deh. Aku pilih yang warnanya biru.aku sempet nawar 15ribu, tapi nggak bisa soalnya plastiknya aja 13ribu, kata si bapak.
Terus karena itu kan cuma 5 garis (gantungannya), si Mba Dwis tanya yang enam garis. Harganya jadi 22ribu. Tapi tetep kekeuh nawar 20ribu, hehe.. akhirnya bapaknya nyerah. Sebenarnya sekalian mau beli kranjang buat baju kotor juga, harganya 10ribu kalau yang polos. Tapi nggak jadilah, belum terlalu membutuhkan. Masih bisa pakai kresek gede untuk baju kotornya.
Kita akhirnya kembali berjalan ke arah utara, melewati pertigaan sudah (tapi kita jalannya di rerumputan, jadi nggak ndesel-desel).
Teruuus jalan ke utara sampai ketemu abang penjual cermin. Ada dua model di  situ, cermin yang pakai tempat sama yang polosan. Selisihnya 5ribu. Kalau yang panjang itu harganya 50ribu, tapi ditawar 30 nggak bisa. 35 nggak bisa. Akhirnya 40ribu deh. Awalnya tuh masih nggak mau mas-masnya. Tapi kita juga tetep kekeuh 40ribu. Akhirnya sana oke dan karena warna hitamnya abis, aku pillih warna merah.
Di perjalanan pulang niatnya mau cari korden untuk jendela yang kecil, tapi ternyata nggak ada yang aku suka modelnya. Jadi ya kapan-kapan aja deh nyari lagi.
Sebelum balik, aku sama Mba Dwis pergi ke gang Tikus, biasa lah, sarapan dulu. Sekalian Mba Dwis juga lagi nunggu Titin mandi, soalnya mereka ada acara apa gitu di Rektorat jam sepuluh dan itu masih sekitar 30menitan lagi.
Setelah kenyang makan 3tempe goreng tepung penyet dengan 3cabe+nasi porsi jumbo+es goodday chocochino (aku) dan nasi + sayur porsi biasa + gorengan tempe 1 + es goodday chocochino, kita pun berpisah. Aku balik kos mbawa barang-barang yang udah di beli tadi dan mba Dwis ke Rektorat.
Capeeekk, tapi aku nggak langsung istirahat. Aku cari paku dan palu. Ya kalau paku memang udah ada di lemari depan kamarku, udah disediain ternyata, tapi palunya nggak tahu ke mana. Jadi pakai batu putih yang ada di taman depan kamarku. Saatnya jadi kuli tuh. Sayangnya nggak tahu karena pakunya karatan, temboknya yang terlalu keras, atau karena pakai batu, ada belasan paku ukuran apapun yang aku coba pasang, yang berhasil sempurna cuma 1. Yang lainnya bengkok dan nggak bisa nembus tembok lebih jauh lagi dari 6milimeter, ckck. 2 paku sih berhasil juga, yang satu agak bengkok tapi cukup kuat untuk menahan jilbab-jilbabku di gantungan jilbab biru itu. Dan yang satunya itu aku pasang di balik pintu, buat gantungan baju yang udah aku beli tadi. Kenapa satu? Karena satunya lagi udah ada pakunya.
Mengenai paku yang berhasil dengan sempurna itu sebenarnya mungkin karena sebelumnya itu udah berlubang cukup dalam, jadi aku tinggal memukul batu ke paku beberapa kali langsung kuat untuk nahan cermin dengan figuranya merah tadi yang aku gantungkan di sebelah kirinya gantungan jilbab tadi.
Nggak selesai sampai situ aktivitasku. Setelah semua beres (lebih tepatnya aku nyerah sih makuin lagi), aku nyuci kaos putih, celana ungu, celana panjang hitam yang harganya 150ribu (dibeliin ibu), rok duyung panjang hitam, rok panjang abu-abu bunga, dan semua bahan yang udah aku beli kemarin di Raja Murah aku cuci.
Untuk jilbab-jilbab Paris, karena cepat kering, aku sengaja nungguin tuh jilbab. Jadi aku menjemur sekitar 30 menit mungkin. Setelah itu aku antri menyetrika. Dan dapat giliran menyetrika itu sekitar jam setengah 4, habisnya mba Iis. Karena masih ada yang mau antri lagi setelah aku yaitu Intan, jadi aku cepat-cepat nyetrikanya, dan ternyata memang aku bisa. Ya paling nggak, lebih cepat dari biasanya, haha… Setelah selesai nyetrika, aku naruh setrikaanku di lemari (untuk kaos pink panjang dan tanktop hitam), di gantung dengan hanger baju biruku, dan aku lipat serta gantung dengan rapi jilbab-jilbabku di gantungan jilbab baruku, :D
Akhirnya aku bisa santaaaaaaiiii…
Santainya bukan dengan istirahat / tidur/ tiduran, tapi malah nyoba-nyoba baju. Ya semacam memadukan antara baju atasan, bawahan, sama ciput dan kerudungnya. Hehe..
Tapi nggak semuanya aku coba satu-satu, aku cuma nyoba memadukan untuk baju orange yang beli di keluarganya mba Dita, sodaraku. Soalnya ya karena udah maghrib, jadi aku pun shalat maghrib + mbaca al-Quran dulu sambil nunggu Isya, biar nggak bolak-balik wudlu.
Selesai shalat isya, aku mulai deh nulis nih jurnal, hehe…

0 comment:

Post a Comment

Powered by Blogger.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management