Monday, September 24, 2012

You Are The One, My Aura (EsaAura) 3

Esaura

Suatu hari, Aura keluar villa untuk membeli beberapa bumbu masakan di warung yang cukup jauh dari villa. Dalam perjalanan pulang, Aura dihadang dua preman. Aura sangat ketakutan, apalagi jalanan itu gelap dan sepi. Saat kedua preman itu mendekat, Aura berteriak keras. Lalu tiba-tiba Esa ada di depan Aura dan melontarkan kepalan tangannya ke salah satu preman itu sampai terpental dan terjatuh ke samping. Lalu preman yang satunya mencoba meninjunya, tetapi berhasil ditangkis tangan kiri Esa sementara tangan kanannya memukul keras perut si preman itu.
“Awas!!” teriak Aura dari belakang dan satu detik setelah Esa menoleh, satu hantaman keras dari preman mengenai pipinya sampai keluar darah dari bibirnya. Tetapi Esa langsung membalasnya sampai mereka lari terbirit-birit. “Kamu nggak apa-apa, Aura?” tanya Esa khawatir dan Aura hanya mengangguk.
Kemudian di villa, Aura mengobati luka-luka Esa dari perkelahian tadi. “Terima kasih sudah menolongku. Maaf, Sa, aku lupa kalau malam-malam aku dilarang keluar villa sendirian,” kata Aura dengan menyesal. Esa tetap saja diam sehingga Aura berpikir Esa pasti marah besar atas kejadian tadi. Kemudian, dengan ekspresi yang susah ditebak Aura, Esa berkata, “ Besok malam ada festival di kota. Kita akan pergi ke sana.” Lalu Esa langsung beranjak dari tempat itu. Aura masih terdiam memikirkan apa yang baru saja dia dengar. Saat Aura akan bertanya, Esa berkata lagi,” Sebagai penebus kesalahanmu tadi.” Betapa gembiranya Aura mendengar hal itu.
            Mereka pun bersenang-senang di festival itu. Aura berpenampilan sangat cantik sehingga membuat semua orang kagum melihatnya. Tetapi sepuluh menit sebelum kembang api dinyalakan, mereka mendengar orang di sebelah mereka berkata bahwa Aura tidak cocok bersama dengan lelaki seperti Esa yang dicap sebagai pembawa sial. Keceriaan yang sebelumnya ada pun hilang meskipun terlihat sikapnya biasa saja.
          “Kamu bukan pembawa sial kok. Peristiwa itu bukan kamu yang salah,” ucap Aura. Esa pun terkejut dan bertanya, ”Apa maksudmu?”
         “Aku sudah tahu semua. Peristiwa kebakaran yang menimpa keluargamu dan nenekmu dulu,” jawab Aura. Terpancar kesedihan dari wajah Esa. Lalu Aura meneruskan, “Sudah, hiraukan saja mereka. Mereka hanya orang yang nggak peduli dan nggak punya rasa iba sedikit pun. Mereka sama sekali nggak punya perasaan.”
             Esa tersenyum, tetapi bukan senyum bahagia. Dia tersenyum tetapi tersirat kekecewaan dari wajahnya dan senyumnya seperti mengkasihani dirinya sendiri.
           “Oh, jadi kamu mau bilang kalau kamu merasa kasihan setelah tahu masa laluku. Ternyata aku salah. Selama ini kamu baik dan perhatian sama aku karena kamu kasihan sama aku. Bodohnya aku mengharap lebih,” ucap Esa lirih sambil masih tersenyum.
                “Bukan, bukan itu maksudku. Aku…”
           “Cukup! Aku nggak butuh belas kasihanmu,” potong Esa dengan sinis. “Dari awal memang nasibku sudah ditentukan. Aku hidup untuk diriku sendiri dan hidup seorang diri.” Lalu Esa bersiap melangkah pergi.
             “Kamu ngomong apa sih? Kenapa kamu berpikiran seperti itu?” tanya Aura. Esa menoleh dan dia berkata, “Karena aku ‘esa’. Hanya aku seorang diri, nggak ada yang lain. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu sendiri. Jadi, perhatian dan belas kasihanmu nggak akan mengubah apa pun!” Esa pun pergi meninggalkan Aura.
           “Esa…” Suara Aura bergetar dan dia mulai menangis. Esa hanya menghentikan langkahnya tanpa berbalik menghadap Aura. “Mungkin bagimu arti ‘esa’ seperti itu. Tapi bagi aku, kamu ‘esa’ku! Hanya satu, hanya kamu, hanya seorang, nggak ada yang lain. Iya, sekarang aku benar-benar kasihan! Kamu nggak pernah mau mencoba untuk mengubah nasibmu. Padahal aku cuma mau kamu bahagia, tapi ternyata percuma. Sia-sia semua karena kamu sendiri yang membuat diri kamu menderita.” Bunga di langit malam mulai bermunculan. Suaranya mengalahkan suara tangisan Aura. Mereka terdiam sejenak. Lalu Aura pun berbalik pergi meninggalkan Esa yang hanya terdiam.

0 comment:

Post a Comment

Powered by Blogger.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management