Friday, September 14, 2012

Tentang Dia - Sisi's Story -


Yes, I am Falling in Love 
( Sisi’s story )

Setiap orang pasti punya hati untuk menyayangi orang lain. Tidak hanya menyayangi orang tua, tapi juga keluarga dan sahabat. Dan pastinya ada satu orang special di hati kita, yang Insya Allah jadi jodoh kita, atau setidaknya kita berharap dialah jodoh kita.
Ya itulah manusia. Begitu juga denganku. Aku yang berumur 19 tahun ini pun punya hati untuk menyayangi juga mencintai. Tapi sejujurnya aku bukan orang yang mudah sekali memutuskan bahwa ‘Ya, aku cinta kamu’. Apakah aku tipe perempuan yang sukar jatuh cinta? Entah lah. Yang aku pahami, aku mudah saja hanya menyukai seseorang tapi untuk cinta itu sendiri perlu waktu agar aku menyadarinya dan meyakininya.
Hanya dua kali aku benar-benar merasa ‘Ya, aku jatuh cinta.’ Pertama adalah cinta pertamaku di SMP kelas 2 saat aku masih 13 tahun. Bahkan aku menyukainya selama empat tahun dan itu bertepuk sebelah tangan. Tragisnya, sampai lulus SMP pun aku belum benar-benar jadi temannya. Yang bisa aku lakukan saat itu hanya melihat si anak laki-laki itu dari kejauhan dan hanya tersenyum serta menyapanya ketika bertemu.
Di sela-sela waktu empat tahun itu, tepatnya setelah memasuki masa SMA, aku memang menyukai beberapa orang, dan bahkan sempat memiliki seseorang yang disebut ‘kekasih’. Tapi terkadang terbesit kerinduan dengan si First Love. Bukannya jahat, tapi begitulah perasaanku yang tidak bisa terbendung. Sayangnya, si First Love sudah entah ke mana. Dan aku tidak pernah lagi bertemu dengannya sampai sekarang.
Kemudian, aku bertemu dengan teman lamaku di sebuah reuni empat tahun yang lalu. Dialah yang mampu mengambil tahta cinta pertamaku di hatiku. Kalau boleh aku membandingkan, secara fisik dan penampilan, si First Love lebih unggul. Dia lebih tampan, lebih putih, dan lebih tinggi. Tapi terkadang, atau mungkin sering, hati kita tidak satu jalan dengan pikiran kita kan?
Berkat pertemuan itu, aku dan dia menjadi lebih dekat. Aku pun mulai menyukainya. Dan satu tahun kemudian, kita menjalin sebuah hubungan sebagai pasangan kekasih. Apakah aku saat itu yakin bahwa di sini, di hatiku, ada keyakinan akan ‘cinta’? Tidak. Aku hanya merasa menyukainya lebih dari rasa sukaku terhadap orang lain yang pernah aku sukai tetapi aku tidak merasa adanya ‘dia’ (baca : cinta). Tidak, sampai aku kehilangan dia.
Sebelum hubungan kita saat itu benar-benar berakhir, kita sama-sama meragu akan perasaan satu sama lain. Aku tidak lagi merasakan adanya kebahagiaan dalam dirinya, dan itu terlihat dari sikapnya yang semakin lama semakin menjauh. Sedangkan dia pun meragukanku dan menganggap perasaanku padanya mudah berubah hanya karena kehadiran orang ketiga serta hasutan dari teman-temanku. Saat itu aku benar-benar merasa sedih dan sakit. Bahkan aku langsung menangis di depan sahabatku.
Di hari berikutnya, aku membiarkan diriku dengan duniaku sendiri selama 24 jam. Tanpa kekasihku, tanpa sahabatku, dan tanpa keluargaku. Kubiarkan diriku me-relax-kan hati serta pikiran dengan pergi ke tempat-tempat yang menenangkan, sendiri. Aku merenung juga berdoa, berharap aku tahu jawaban dari keadaan saat itu.
Akhirnya keputusan telah kubuat. Meskipun aku bukan perempuan yang dengan mudah berhadapan dengan orang yang aku sukai, meskipun aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan dan omongkan ketika bersamanya dan hanya akan lebih banyak diam di hadapannya, aku memberanikan diri untuk menemuinya. Itu adalah keputusan yang belum pernah aku lakukan sebelumnya dan aku sangat takut juga malu. Aku takut akan bagaimana jika aku tidak bisa mengatakannya dengan baik?; bagaimana jika dia tidak percaya dengan apa yang akan aku katakan? dan ‘bagaimana jika…’ - ‘bagaimana jika…’ lainnya.
Lalu apa yang selanjutnya terjadi?

0 comment:

Post a Comment

Powered by Blogger.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management